Pembangunan Berbasis Potensi Wilayah
Pemkab berencana menggunakan pendekatan tematik, holistik, integratif, dan spasial agar pembangunan tidak lagi bersifat tambal-sulam.
Pendekatan ini berarti pembangunan dirancang berdasarkan potensi dan tantangan spesifik tiap distrik dan kampung, bukan satu formula untuk semua.
Mugiyono menilai konsep ini akan memutus pola pembangunan “pusat–pinggiran” yang selama ini membuat kampung tetap tertinggal.
“Kampung punya potensi unik. Tugas pemerintah adalah mengubah potensi itu menjadi kekuatan ekonomi,” katanya.
Ekonomi Lokal Masih Lemah
Produktivitas ekonomi OAP belum mampu bersaing karena lemahnya akses modal usaha, pasar, dan keterampilan kewirausahaan modern.
UMKM lokal kesulitan berkembang karena minimnya dukungan teknis, biaya logistik tinggi, dan persaingan ketat dengan produk luar.
Pemkab menargetkan pengembangan sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata berbasis kearifan lokal sebagai tulang punggung ekonomi OAP.
Strategi ini diharapkan menciptakan lapangan kerja sekaligus menjaga hubungan harmonis antara masyarakat dan alam sekitar.
Infrastruktur dan Kesenjangan Layanan Publik
Akses jalan ke sejumlah distrik masih buruk, membuat distribusi barang, layanan kesehatan, dan pendidikan berjalan lambat dan mahal.
Banyak sekolah di kampung kekurangan guru tetap, sementara puskesmas minim tenaga medis dan peralatan memadai.
Hal ini mengakibatkan kualitas SDM OAP tertinggal dibandingkan warga kota yang lebih dekat dengan fasilitas publik.
“Kita harus membangun dari pinggiran. Kalau pinggiran maju, pusat akan ikut maju,” tegas Mugiyono.