Lingkungan dan Ancaman Bencana
Kerusakan lingkungan akibat pembalakan liar dan pembangunan tanpa kajian risiko mulai memicu bencana seperti banjir dan longsor di Manokwari.
Pemkab merencanakan integrasi mitigasi bencana dalam tata ruang wilayah untuk mengurangi kerugian materi dan korban jiwa.
Langkah ini termasuk menjaga kawasan hutan lindung yang selama ini menjadi sumber kehidupan bagi banyak komunitas OAP.
“Lingkungan adalah warisan generasi. Merusaknya sama saja menggadaikan masa depan,” ujar Mugiyono.
DOB dan Penataan Wilayah
Manokwari juga mempertimbangkan pembentukan daerah otonomi baru untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan dan mempercepat layanan publik.
Pembentukan DOB diharapkan membawa pusat pelayanan lebih dekat ke kampung-kampung yang selama ini jauh dari ibu kota kabupaten.
Namun, langkah ini harus diiringi penguatan kapasitas SDM lokal agar tidak hanya melahirkan struktur baru tanpa kinerja nyata.
Pemerintah ingin setiap wilayah punya otonomi pengelolaan pembangunan sesuai kebutuhan lokalnya.
Pendataan OAP Jadi Kunci
Disdukcapil Manokwari sedang melakukan pendataan komprehensif OAP di seluruh distrik untuk memastikan sasaran program pembangunan lebih akurat.
Pendataan ini mencakup profil sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan setiap individu OAP di wilayah kabupaten.
Tanpa data valid, Pemkab mengakui kebijakan mudah meleset dari target dan program menjadi mubazir.
“Data adalah peta kita. Tanpa peta, kita akan tersesat dalam pembangunan,” kata Mugiyono.
Harapan dan Tantangan 20 Tahun Mendatang
Rencana pembangunan 20 tahun ini akan diuji oleh komitmen politik, transparansi anggaran, dan partisipasi aktif masyarakat OAP sendiri.
Jika berhasil, Manokwari berpotensi menjadi model pemberdayaan OAP yang efektif di wilayah Papua Barat.
Namun jika gagal, kesenjangan sosial akan semakin lebar dan kepercayaan publik pada pemerintah akan runtuh.
Mugiyono optimistis, “Kalau OAP maju, Manokwari pasti ikut maju. Itulah semangat yang akan kita pegang sampai 2045.” *)
Penulis: Juan
Editor: Dilina