MAKASSAR, Pegaf.com — Gempa bumi bermagnitudo 6,0 mengguncang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (17/8/2025), bertepatan peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Indonesia. Getaran terasa luas hingga Mamuju, Sulawesi Barat, memicu kepanikan di ruang publik. Banyak warga spontan berlarian keluar bangunan demi menyelamatkan diri.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Poso mencatat 29 orang terluka. Mereka terdiri dari jemaat gereja, warga setempat, dan pekerja bangunan. Sebagian besar mengalami luka akibat tertimpa reruntuhan dan material konstruksi. Hingga Minggu siang, pendataan pengungsi maupun kerusakan bangunan masih terus dilakukan aparat.
Jemaat Gereja Tak Sempat Menyelamatkan Diri
Tragedi terbesar terjadi di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir. Gereja GKST Elim Masani roboh ketika jemaat tengah mengikuti ibadah Minggu pagi. Sebanyak 12 jemaat tertimpa reruntuhan dan terluka parah. Mereka dilarikan ke rumah sakit menggunakan kendaraan darurat milik warga.

Menurut saksi, sebagian jemaat sempat keluar ketika guncangan pertama menggoyang bangunan. Namun, karena bangunan masih dalam tahap konstruksi, reruntuhan jatuh mengenai jemaat yang masih berada di dalam. “Kami tidak sempat lari, tiba-tiba dinding ambruk menimpa kami,” kata salah satu jemaat dengan wajah pucat.
Bangunan Gereja Masih Rawan Konstruksi
Pantauan langsung menunjukkan dinding luar gereja hanya ditopang bambu, sedangkan bagian dalam masih bertumpu pada balok kayu seadanya. Material batako belum diplester semen sehingga rapuh ketika diguncang gempa. Kondisi itu memperburuk situasi karena jemaat terjebak di dalam bangunan.
BPBD menilai kondisi konstruksi darurat menyebabkan korban lebih banyak. Seandainya bangunan rampung, keruntuhan mungkin tidak sebesar ini. Pemerintah daerah diminta mengevaluasi standar keselamatan bangunan ibadah, khususnya di wilayah rawan gempa. Langkah pencegahan menjadi penting karena Poso dikenal berada di jalur sesar aktif.
Trauma Masyarakat di Rumah Sakit
Kepanikan juga merambah Mamuju, Sulawesi Barat. Rumah Sakit Mitra Manakarra menjadi salah satu titik kepanikan ketika getaran terasa kuat di lantai perawatan. Keluarga pasien segera mengevakuasi kerabat mereka ke halaman rumah sakit. Banyak orang berteriak sambil membawa ranjang pasien keluar ruangan.
Asnawiah, warga Mamuju yang saat itu menjaga keluarganya di rumah sakit, mengaku panik berat. “Kami langsung bertindak cepat membawa keluarga keluar ke halaman rumah sakit,” ujarnya, dilansir Kompas. Ia mengingat trauma gempa besar beberapa tahun lalu yang meratakan bangunan di Mamuju, membuat ketakutan kembali terulang.
BMKG Jelaskan Penyebab Guncangan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi sumber gempa berasal dari aktivitas sesar naik Tokoraru (Tokoraru thrust). Episenter gempa terletak di koordinat 1,27 LS dan 120,75 BT, sekitar 13 kilometer barat laut Kota Poso. Kedalaman gempa sangat dangkal, hanya sekitar 10 kilometer dari permukaan.
“Terjadi kerusakan di Poso dengan kekuatan MMI sekitar V-VI,” jelas Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono. Menurutnya, mekanisme pergerakan naik (thrust fault) membuat getaran lebih kuat dan merusak bangunan. Oleh sebab itu, masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi gempa susulan.
Korban Luka Terus Bertambah
Hingga Minggu siang, laporan BPBD Poso menyebutkan 29 orang luka. Dari jumlah itu, 13 orang dirawat di RSUD Poso, dua di antaranya kritis. Enam korban lainnya mendapat perawatan di Puskesmas Tokorondo, sedangkan sisanya dirawat di rumah masing-masing dengan pengawasan medis. Jumlah korban bisa bertambah karena pendataan masih berlangsung.
Selain korban luka, fasilitas ibadah Gereja GKST Elim Masani mengalami kerusakan cukup parah. Sejumlah rumah warga juga dilaporkan retak pada bagian dinding dan atap. Petugas gabungan dari TNI, Polri, dan relawan turun langsung membantu evakuasi sekaligus mendirikan tenda darurat bagi warga terdampak.