Hari Kemerdekaan yang Menjadi Duka
Momen duka ini terjadi tepat ketika rakyat Indonesia memperingati 80 tahun kemerdekaan. Sementara di kota besar perayaan berlangsung meriah, warga Poso menghadapi bencana. Ironisnya, sebagian jemaat gereja tengah berdoa syukur kemerdekaan ketika gempa mengguncang.
Pemerintah daerah menyebut momentum ini harus menjadi refleksi penting. Peringatan kemerdekaan tidak hanya dimaknai dengan pesta, tetapi juga kesiapsiagaan menghadapi bencana. “Kita merdeka, tapi tetap harus waspada. Alam mengingatkan kita untuk lebih siap,” ucap salah satu pejabat BPBD di lokasi evakuasi.
Evaluasi Mitigasi Bencana di Poso
Sejumlah pengamat menilai bencana kali ini menegaskan kembali lemahnya mitigasi bencana di wilayah Poso dan sekitarnya. Padahal, wilayah tersebut sudah sering diguncang gempa dengan kekuatan signifikan. Edukasi tentang standar bangunan tahan gempa dianggap masih kurang tersampaikan pada masyarakat.
Lembaga swadaya masyarakat mendesak agar pemerintah memperkuat regulasi bangunan publik. Gereja, sekolah, dan fasilitas kesehatan perlu mendapat prioritas perbaikan agar tidak mudah roboh. “Kita harus belajar dari setiap gempa, bukan hanya mencatat korban, tetapi mencegah korban baru,” kata seorang aktivis kemanusiaan.
Warga Bertahan di Pengungsian Sementara
Malam harinya, sejumlah warga memilih bertahan di tenda pengungsian karena takut gempa susulan. Mereka membawa tikar, selimut, dan peralatan seadanya. Anak-anak tampak ketakutan, sementara orang tua berusaha menenangkan dengan doa. Relawan mendistribusikan makanan dan air minum di lokasi pengungsian.
Kepala BPBD Poso mengatakan, pendataan korban dan pengungsi masih berjalan. Tenda tambahan akan segera didirikan di lapangan desa untuk menampung warga. “Fokus utama kami memastikan kebutuhan dasar terpenuhi, mulai makanan hingga layanan medis,” ujarnya. Situasi darurat diperkirakan berlangsung beberapa hari ke depan.
Antara Syukur dan Ketakutan
Gempa Poso kembali menjadi pengingat bahwa wilayah Sulawesi berada di jalur rawan seismik. Warga diminta tetap tenang, namun tetap waspada menghadapi gempa susulan. Pada saat bersamaan, refleksi atas peringatan kemerdekaan terasa kontras di Poso: doa syukur berubah menjadi ratapan duka.
Bencana ini sekaligus menegaskan bahwa pembangunan fisik tanpa memperhatikan keselamatan hanya menambah risiko. Gereja roboh, jemaat terluka, rumah sakit panik, dan trauma lama muncul kembali. Di tengah sorak-sorai kemerdekaan, Poso merayakan dengan luka. Negeri ini masih belajar memahami arti merdeka di bawah bayang bencana. *)
Reporter: Juan
Editor: Dilina