Mama Yohana Penjual Pinang | Dok-Pegaf.com
/

Menjual Pinang, Menata Harap

/
182 dilihat
2 menit baca

Di sudut Pasar Wosi, Manokwari, setiap pagi sebelum matahari naik penuh, ada seorang mama yang duduk bersila di atas tikar lusuh. Namanya Mama Yohana. Usianya sudah hampir lima puluh, tapi tubuhnya masih kuat memikul noken berisi pinang dari kampung. Dari Amban, ia berjalan kaki setengah jam, lalu naik ojek ke pasar, hanya demi menjual beberapa ikat pinang yang ia petik sendiri.

Orang-orang pasar kenal dia: ramah, murah senyum, dan tidak pernah menolak jika ada yang menawar terlalu rendah. Tapi di balik senyum itu, tersimpan cerita yang jarang disampaikan.

Anaknya, Niko, berusia lima tahun. Tubuhnya kecil, kurus, dan sering demam. Sudah lama dokter bilang kalau Niko terkena stunting. Belakangan, muncul benjolan di lehernya. Pemeriksaan lebih lanjut menyebut itu tumor. Butuh biaya besar untuk pengobatan. Lebih besar dari penghasilan pinang sebulan penuh.

Anaknya, Niko, berusia lima tahun. Tubuhnya kecil, kurus, dan sering demam. Sudah lama dokter bilang kalau Niko terkena stunting. Belakangan, muncul benjolan di lehernya. Pemeriksaan lebih lanjut menyebut itu tumor. Butuh biaya besar untuk pengobatan. Lebih besar dari penghasilan pinang sebulan penuh.

Ilustrasi: Mama Yohana Penjual Pinang | Dok-Pegaf.com / Gavier

Mama Yohana tidak punya tanah luas, tidak punya gaji tetap. Hanya pinang. Kadang ditambah jual sayur daun atau keladi dari kebun kecil. Tapi semua dia lakukan demi satu hal: agar Niko bisa sembuh.

Baca juga:  Sepi di Pasar Irai

Setiap kali seseorang membeli satu ikat pinang darinya, mama itu menunduk sebentar, berdoa dalam hati. “Semoga ini cukup untuk beli obat. Semoga hari ini Niko tidak terlalu sakit.”

Orang bilang, penderitaan membuat orang putus asa. Tapi tidak dengan Mama Yohana. Dia percaya: cinta seorang ibu lebih kuat dari nasib buruk. Setiap hari ia datang, tetap menjual pinang dengan semangat. Karena baginya, setiap butir pinang adalah harapan, dan setiap rupiah adalah doa. *)

Panulis: Elany
Editor: Dilina

*) Elany, lahir di Pegunungan Arfak pada 17 Mei. Penulis, peneliti, penyair ini telah menulis di bebagai media lokal maupun nasional.

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

error: Maaf, seluruh konten dilindungi Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta!