/

Suara Ibu Itu Lebih Nyaring dari Peluru

/
1212 dilihat
7 menit baca

Menjadi Ibu di Tengah Kehancuran

Kisah ini membuka ruang kontemplasi tentang makna menjadi ibu, dan makna menjadi manusia, di tengah kekerasan sistematis. Perempuan itu, tanpa nama, telah menghidupkan kembali pengertian tentang kasih sayang dan keberanian. Ia bukan pejuang bersenjata, bukan pemimpin politik. Ia hanyalah seorang ibu yang menolak membiarkan anaknya mati dalam ketakutan. Ia memilih akhir yang lembut dalam dunia yang penuh kebrutalan.

Dalam dunia hari ini yang masih diwarnai konflik—di Palestina, Sudan, Myanmar, atau bahkan di tengah masyarakat modern yang tenggelam dalam individualisme—kisah ini menjadi cermin. Ia menyentil nurani dan menantang kita untuk bertanya: “Sudahkah kita cukup manusia?”

Melampaui Sejarah: Dari Ingatan ke Tindakan

Tragedi Babi Yar bukan hanya bagian dari sejarah orang Yahudi atau Eropa Timur. Ia adalah peringatan universal tentang apa yang bisa terjadi ketika kebencian, ideologi rasial, dan kekuasaan bersatu. Namun di balik tumpukan tubuh-tubuh yang dibungkam, ada suara seorang ibu yang tak bisa dibungkam waktu.

Ingatan terhadap perempuan itu harus melampaui sekadar mengenang. Kita tidak boleh berhenti pada perasaan iba. Kita harus bertindak—dalam kehidupan sehari-hari, dalam sikap terhadap sesama, dan dalam perjuangan melawan kekerasan struktural yang masih terjadi di berbagai tempat.

Pelajaran dari Jurang: Kemanusiaan Bukan Retorika

Babi Yar mengajarkan kita bahwa kekejaman tidak selalu datang dalam bentuk yang meledak-ledak. Ia bisa sangat teratur, sangat administratif, dan justru karena itulah ia menjadi mengerikan. Namun di tengah kerapihan sistem pembunuhan itu, tindakan sederhana seperti lagu pengantar tidur menjadi teriakan paling keras.

Baca juga:  Polisi Tangkap 20 Penambang Ilegal di Manokwari

Perempuan itu tidak diberi nama. Ia tidak pernah masuk buku sejarah resmi. Tapi ia adalah saksi bahwa kemanusiaan tidak bisa dimusnahkan begitu saja. Ia menjadi pengingat bahwa kekuatan bukan hanya tentang siapa yang memegang senjata, tetapi siapa yang mampu mempertahankan cinta bahkan saat maut datang menjemput.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

error: Maaf, seluruh konten dilindungi Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta!