/

Suara Ibu Itu Lebih Nyaring dari Peluru

/
1213 dilihat
7 menit baca

Dunia Hari Ini dan Tantangan Baru

Hari ini, kita hidup di zaman dengan teknologi canggih, komunikasi global, dan kebebasan yang (relatif) lebih terbuka. Namun kita juga menyaksikan meningkatnya ekstremisme, polarisasi, dan kehilangan empati. Di media sosial, manusia menjadi cepat menghakimi, cepat membenci, dan lambat mendengarkan. Kita mungkin tidak sedang berdiri di tepi jurang fisik seperti di Babi Yar, tetapi kita sering berdiri di tepi jurang moral.

Kisah ibu dan bayinya itu menantang kita: apakah kita akan melangkah masuk dengan ketulusan atau hanya menjadi penonton yang membisu?

Kekuatan Suara yang Lembut

Dalam dunia yang keras, suara lembut sering kali diremehkan. Kita terbiasa mengasosiasikan kekuatan dengan suara keras, slogan, atau retorika. Tetapi suara perempuan itu—yang menyanyikan lagu pengantar tidur di hadapan maut—telah menunjukkan bahwa kekuatan sejati bisa sangat tenang.

Seorang tentara yang dilatih untuk tidak berperasaan pun tak bisa mengabaikannya. Ia menulis: “Suaranya bergetar—tetapi ia tak pernah berhenti.” Itu bukan hanya catatan dalam buku harian. Itu adalah puisi tentang kekuatan batin manusia. Tentara itu mungkin sudah mati, tapi kata-katanya masih hidup. Dan lebih penting lagi, suara perempuan itu masih bergema dalam sunyi kita hari ini.

Menjadi Manusia, Sekali Lagi

Perempuan itu mungkin tidak pernah tahu bahwa tindakannya akan menginspirasi ribuan orang di masa depan. Ia hanya melakukan yang menurutnya benar sebagai seorang ibu, sebagai manusia. Tetapi dunia hari ini membutuhkannya. Bukan dia secara fisik, tetapi semangatnya—semangat untuk tetap manusia bahkan saat kemanusiaan runtuh.

Baca juga:  Skandal Minol Manokwari: Rekomendasi Bupati Disorot Polda!

Mengingat Babi Yar dan suara senandung itu bukan sekadar membuka lembar sejarah kelam. Ini adalah ajakan untuk tidak pernah lupa bahwa di balik statistik korban perang, ada manusia. Ada ibu. Ada anak. Ada cinta. Dan selama masih ada yang menyanyikan lagu pengantar tidur, dunia belum sepenuhnya hancur. *)

Penulis: Elany

Editor: Dilina

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

error: Maaf, seluruh konten dilindungi Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta!