MANOKWARI, Pegaf.com — Aktivitas penambangan emas ilegal di sepanjang aliran Sungai Wariori dan Wasirawi, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, kian mengkhawatirkan.
Sungai yang dulunya menjadi sumber kehidupan warga kini berubah menjadi deretan kolam raksasa berisi air keruh kehijauan.
Pencemaran akibat merkuri sebagai bahan pemisah emas diduga mengancam ribuan warga yang menggantungkan hidup pada aliran sungai tersebut.
Pertanian stagnan, air tidak layak konsumsi, dan hasil panen gagal.

Anggota DPR RI Dapil Papua, Yan Mandenas, bersama Bupati Manokwari, Hermus Indou, meninjau langsung lokasi tambang pada Jumat (22/8/2025).
Mereka mendapati kerusakan yang jauh lebih parah dibanding laporan sebelumnya.
“Yang terjadi di sepanjang batang air Sungai Wariori sudah berubah total menjadi kolam-kolam besar yang ditinggalkan oleh aktivitas pertambangan emas ilegal,” ujar Mandenas.
Menurutnya, lambannya penertiban tidak lepas dari adanya oknum yang membekingi tambang tersebut.
Desakan Penertiban ke Pemerintah Pusat
Mandenas menegaskan bahwa peringatan terkait kerusakan Sungai Wariori telah disampaikan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sejak tiga tahun lalu, tetapi belum ada tindakan nyata.
“Kalau tidak ada pejabat yang bermain, mustahil tambang sebesar ini bisa berjalan terus. Pemerintah pusat jangan tutup mata,” tegas politisi Partai Gerindra itu.
Di lokasi, rombongan DPR RI menemukan ekskavator masih mengeruk badan sungai.
Sementara itu, beberapa buruh terlihat menyemprotkan air ke bebatuan untuk memisahkan butiran emas.
Bupati Manokwari, Hermus Indou, menilai kerusakan sungai berdampak langsung pada masyarakat hilir.
Sedimentasi dari aktivitas tambang membuat aliran sungai menyempit dan menyebabkan banjir berulang kali melanda permukiman.
“Lebih dari 4.000 warga terdampak. Rumah hingga tempat ibadah sempat terendam banjir selama dua pekan,” ungkapnya.