/

Tambang Ilegal Rusak Sungai Wariori dan Wasirawi, DPR Desak Pemerintah Pusat

Kerusakan Sungai Semakin Parah, Warga Terancam

/
725 dilihat
4 menit baca

MANOKWARI, Pegaf.com — Aktivitas penambangan emas ilegal di sepanjang aliran Sungai Wariori dan Wasirawi, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, kian mengkhawatirkan.

Sungai yang dulunya menjadi sumber kehidupan warga kini berubah menjadi deretan kolam raksasa berisi air keruh kehijauan.

Pencemaran akibat merkuri sebagai bahan pemisah emas diduga mengancam ribuan warga yang menggantungkan hidup pada aliran sungai tersebut.

Pertanian stagnan, air tidak layak konsumsi, dan hasil panen gagal.

Ilustrasi: Tambang Ilegal Rusak Sungai Wariori dan Wasirawi, DPR Desak Pemerintah Pusat | Dok. Pegaf.com / Gavier
Ilustrasi: Tambang Ilegal Rusak Sungai Wariori dan Wasirawi, DPR Desak Pemerintah Pusat | Dok. Pegaf.com / Gavier

Anggota DPR RI Dapil Papua, Yan Mandenas, bersama Bupati Manokwari, Hermus Indou, meninjau langsung lokasi tambang pada Jumat (22/8/2025).

Mereka mendapati kerusakan yang jauh lebih parah dibanding laporan sebelumnya.

“Yang terjadi di sepanjang batang air Sungai Wariori sudah berubah total menjadi kolam-kolam besar yang ditinggalkan oleh aktivitas pertambangan emas ilegal,” ujar Mandenas.

Menurutnya, lambannya penertiban tidak lepas dari adanya oknum yang membekingi tambang tersebut.

Desakan Penertiban ke Pemerintah Pusat

Mandenas menegaskan bahwa peringatan terkait kerusakan Sungai Wariori telah disampaikan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sejak tiga tahun lalu, tetapi belum ada tindakan nyata.

“Kalau tidak ada pejabat yang bermain, mustahil tambang sebesar ini bisa berjalan terus. Pemerintah pusat jangan tutup mata,” tegas politisi Partai Gerindra itu.

Di lokasi, rombongan DPR RI menemukan ekskavator masih mengeruk badan sungai.

Sementara itu, beberapa buruh terlihat menyemprotkan air ke bebatuan untuk memisahkan butiran emas.

Baca juga:  Video Amatir Rekam Kepanikan Saat Gempa 8,7 SR Guncang Kamchatka, Rusia

Bupati Manokwari, Hermus Indou, menilai kerusakan sungai berdampak langsung pada masyarakat hilir.

Sedimentasi dari aktivitas tambang membuat aliran sungai menyempit dan menyebabkan banjir berulang kali melanda permukiman.

“Lebih dari 4.000 warga terdampak. Rumah hingga tempat ibadah sempat terendam banjir selama dua pekan,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

error: Maaf, seluruh konten dilindungi Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta!